Roudlotut Tholibin Boarding School - Banyumas Regency

4.5/5 β˜… based on 8 reviews

Contact Roudlotut Tholibin Boarding School

Address :

Cijeruk, Sirau, Kemranjen, Banyumas Regency, Central Java 53194, Indonesia

Phone : πŸ“ž +8979
Postal code : 53194
Opening hours :
Monday 7AM–6PM
Tuesday 7AM–6PM
Wednesday 7AM–6PM
Thursday 7AM–6PM
Friday 7AM–6PM
Saturday 7AM–6PM
Sunday 7AM–6PM
Categories :

Cijeruk, Sirau, Kemranjen, Banyumas Regency, Central Java 53194, Indonesia
R
Rustanto Official on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Ponpes yg cukup maju di desa Sirau..
Ponpes that are quite advanced in the village of Sirau ...
N
Nizar Channel on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Salah satu ponpes terbaik di desa Sirau.
One of the best boarding school in the village Sirau.
E
Elfa Tsuroyya on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Tempat yang sesuai untuk mondok
Suitable place for lodgings
Z
ZAKIN RIF'AT ZAHIDY on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Pesantren Didirikan oleh KH. Muqri selaku penyebar Islam di Sirau
Pesantren Founded by KH. Muqri as the spreader of Islam in Sirau
R
RULL PRODUCTION'S on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Jauh sebelum tahun 1346 H / 1925 M di salah satu wilayah di Kabupaten Banyumas bagian selatan berdiri sebuah mushalla kecil yang menjadi sentral pendidikan dan penyebaran Agama Islam, tepatnya di Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Tokoh dibalik berdirinya mushalla tersebut ialah KH Mohamad Muqri atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mbah Muqri. Dia adalah putra ke 3 dari 5 bersaudara yang semuanya perempuan keturunan KH Muhammad Nur yang merupakan salah satu dari pasukan inti Pangeran Diponegoro. Sebagai pasukan inti Pangeran Diponegoro, selepas wafat makam KH Mohamad Nur tidak diperkenankan untuk banyak diketahui banyak orang. Sebagai anak laki-laki tertua dari mendiang sang pejuang kemerdekaan, hal itu sangatlah berpengaruh besar terhadap ide-ide dan arah perjuangan Mbah Muqri dalam meneruskan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan yang rahmatan lil'alamiin. Desa Sirau Kecamatan Kemranjen menjadi kawah candradimuka pertama bagi KH Mohamad Muqri dalam menyebarkan ajaran islam. Sebuah wilayah yang masih antah brantah, dikelilingi rawa-rawa dan dipenuhi semak belukar serta terdapat banyak binatang buas menjadi instrumen yang menghiasi Desa. Bukan hanya itu, secara mistis Desa Sirau juga tempat yang terkenal angker, banyak dedemit dan mahluk halus banyak bersarang di desa itu, sehingga tempat tersebut yang sangat jauh dari rasa nyaman bagi ukuran masyarakat agamis. Kondisi sosial masyarakat pun saat itu begitu jauh dari yang namanya agama, mereka bermasyarakat dengan semaunya sendiri, praktik (Molimo) main, madat, madon, minum, maling menjadi hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat saat itu, bahkan melakukan ritual hitam santet menjadi hal yang lumrah pada saat itu. Ditempat itulah, KH Mohamad Muqri melalukan babat alas Desa Sirau untuk sebuah tugas yang mulia. Trukah untuk sebuah nilai yang beliau yakini sebagai ajang terpilih akhir zaman, ajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW, Agama Islam yang rahmatan lil'alamiin. Secara geografis Desa Sirau berada di wilayah selatan Kabupaten Banyumas, dan merupakan palang pintu dua Kabupaten besar, Kabupaten Banyumas dan Cilacap. KH Mohamad Muqri berdakwah dengan metode Ibda' binafsi (memulai dari diri sendiri) tidak menggunakan kekerasan ataupun melawan arus masyarakat yang ada waktu itu, tanpa melarang, tanpa melawan. Beliau mempraktikan agamanya bukan dengan cara tidak menggurui, tetapi dengan melakukan hubungan silaturahim, cara bertutur kata, bertutur sapa, menghargai dan menghormati tetangganya serta menganggap mereka sebagai bagian dari keluarganya. Hal tersebut tentunya membuat KH Mohamad Muqri tak segan untuk memberikan masukan jikalau salah satu dari mereka ada yang melanggar norma sosial ataupun menyalahi aturan agama. Bukan hanya yang bersifat moril, tetapi juga berisifat materi, KH Mohamad Muqri pun tak segan untuk membantu masyarakat yang sedang dalam kondisi kekurangan. Waktu demi waktu berlalu, KH Mohamad Muqri merasa perlu adanya sebuah tempat beribadah yang sekaligus difungsikan sebagai tempat berkumpul (Bhs Banyumas : Juguran) untuk melaksanakan pengajian. Dengan dana swadaya dan pribadi, KH Mohamad Muqri lalu mendirikan sebuah mushalla kecil sebagai tempat ibadah sekaligus mulai meyelenggarakan pengajian terbatas untuk keluarganya. Pengajian yang disampaikan beliau adalah kitab-kitab kuning dan pengajian umum dengan metode tradisional. Lambat laun seiring perjalanan waktu, masyarakat sekitar mulai tertarik dengan cara bermasyarakat KH Mohamad Muqri, banyak dari mereka yang mulai mengikuti kegiatan pengajian yang sudah terjadwal, namun karena kondisi masyarakat Sirau yang lebih banyak bermatapencaharian sebagai petani, jadwal pengajian pun disesuaikan dengan jam kerja petani. Perkembangan selanjutnya, Mushalla kecil di Desa Siru Kecamatan Kemranjen itu berubah menjadi sentral pendidikan agama islam. Dalam putaran waktu yang hadir, jumlah yang mengikuti pengajian terus bertambah, bahkan banyak dari orang luar desa yang mulai bermi
Long before the year 1346 H / 1925 AD in one of the areas in the southern part of Banyumas Regency stands a small prayer rooms which are central to education and the spread of Islam, precisely in the village did Kemranjen Banyumas district. The figure behind the formation of the mushalla is KH Mohamad Muqri or better known as Mbah Muqri. She was the 3rd son of 5 siblings all of whom were descendants of KH Muhammad Nur who was one of Prince Diponegoro's core forces. As the core force of Prince Diponegoro, after the death of KH's tomb Mohamad Nur was not allowed to be known to many. As the eldest son of the late freedom fighter, it had a profound effect on the ideas and direction of Mbah Muqri's struggle in pursuing humanitarian and religious values ​​that were blest. The village of Sirau District of Kemranjen became the first crater of KH Mohamad Muqri to spread the teachings of Islam. An area still in the middle of the bras, surrounded by swamps and shrubs and there are many wildlife as instruments that adorn the Village. Not only that, Sirau Village mystically is also a well-known haunted place, with many demigods and fine creatures nesting in the village, making it a place that is far from comfortable for the size of a religious community. Even the social conditions of the people at that time were far from what they called religion, they were socializing themselves, practicing (Molimo) plays, madat, madon, drinking, thieves became commonplace by the people of the day, and even performing black rituals was something that at that time. In that place, KH Mohamad Muqri passed through the jungle of Sirau Village for a noble task. Trucks for a value that he believes to be the chosen venue of the last days, the teachings of the Prophet Muhammad, the most respected Islamic religion. Geographically, Sirau Village is located in the southern region of Banyumas District, and is the gateway to two large Regions, Banyumas and Cilacap Regency. KH Mohamad Muqri preaching method Ibda 'binafsi (start from yourself) do not use force or against the flow of people who have the time, without prohibiting, without a fight. He practiced his religion not by not patronizing, but by relationships, how to speak, who speak, appreciate and respect the neighbors and consider them as part of the family. This would have made KH Mohamad Muqri reluctant to provide feedback if any of them violated social norms or violated religious rules. Not only morally, but also morally, KH Mohamad Muqri was reluctant to help the people in need. Over time, KH Mohamad Muqri felt the need to have a place of worship which functioned as a gathering place (Bhs Banyumas: Fall) to conduct his studies. With private and private funds, KH Mohamad Muqri set up a small mushalla as a place of worship and began conducting limited education for his family. His studies were yellow books and general studies with traditional methods. As time went on, the surrounding community became fascinated by the community of KH Mohamad Muqri, many of whom began to take up scheduled study activities, but due to the Sirau community becoming more and more prosperous as farmers, the study schedule was adapted to the working hours of the farmers. Subsequently, a small Mushalla in the village of Siru Suburban District was transformed into the center of Islamic religious education. Over the course of time, the number of those studying was increasing, and even more people from the village began to gather
G
Gondrong Bersahaja on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Leluhur pesantren di sirau bahkan se Banyumas, sangat rekomendasi bagi pelajar dari MI/SD - MA/SMA/SMK
The ancestors of the pesantren in Sirau and even throughout Banyumas, highly recommended for students from MI/SD - MA/SMA/SMK
F
Fadholi01 on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Tempat belajar segalanya
A place to learn everything
G
Gilang _official on Google

β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…

Tempat dimana ilmu tidak berguna tanpa adab
A place where knowledge is useless without adab

Write some of your reviews for the company Roudlotut Tholibin Boarding School

Your reviews will be very helpful to other customers in finding and evaluating information

Rating * β˜… β˜… β˜… β˜… β˜…
Your review *

(Minimum 30 characters)

Your name *

Nearby places in the field of Religious school,

Nearby places Roudlotut Tholibin Boarding School