Masjid Nurut Taqwa Tejorejo - Kabupaten Kendal
4.5/5
★
based on 8 reviews
Contact Masjid Nurut Taqwa Tejorejo
Address : | jl.Sono Vlll, Sono, Tejorejo, Kec. Ringinarum, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51356, Indonesia |
Postal code : | 51356 |
Categories : |
Mosque
,
|
P
|
Putri Yuristika on Google
★ ★ ★ ★ ★ |
e
|
edy heriyanto on Google
★ ★ ★ ★ ★ |
S
|
Samud Samud on Google
★ ★ ★ ★ ★ |
B
|
Bila Biluk on Google
★ ★ ★ ★ ★ |
k
|
kusnandar prianto on Google
★ ★ ★ ★ ★ |
S
|
Sulis Tia on Google
★ ★ ★ ★ ★ |
A
|
Agus Lukman on Google
★ ★ ★ ★ ★ Masjid Nurut Taqwa berada di Dusun Sono Desa Tejorejo RT 05 RW 05
Memiliki desain desain bangunan yang memadukan arsitek modern dan arsitek jawa yang kental akan kesenian mengukir
Masjid dengan ukitan khas jepara dibagian depan atau pintu masuk kedalam menambah eksotis masjid menjadi lebih sejuk dipandang dan untuk beribadah
Nurut Taqwa Mosque is in Sono Hamlet, Tejorejo Village RT 05 RW 05
Has a building design design that combines modern architects and Javanese architects that are thick with carving art
Mosques with typical Jepara inscriptions at the front or inside entrance add exotic mosques to be cooler to be seen and to worship
|
A
|
Aim Ahmad Salim on Google
★ ★ ★ ★ ★ Masjid Nurut Taqwa terletak di Pegandon, Kendal, Jawa Tengah, tujuh kilo meter ke arah barat daya kota Kendal. Keberadaanya terlepas dari karisma seorang tokoh Kerajaan Mataram Islam, yakni Tumenggung Bahurekso yang pernah menyerang Batavia (Jakarta) untuk mengusir Kompeni Belanda ketika Mataram diperintah oleh Sultan Agung.
Akibat kegagalan yang dialami oleh prajurit Mataram, akhirnya mereka mengundurkan diri dan kembali ke Mataram. Namun, sebelumnya sempat tinggal lama di Pegandon dan pengikut Tumenggung Bahureksa sempat berdakwah di daerah Pegandon. Di antaranya prajurit Kiai Jumerto yang berdakwah di daerah Jumerto, Kiai Jebeng di daerah Jebeng, Kiai Srogo di daerah Srogo, Kiai Puguh di daerah Puguh, Kiai Ploso di daerah Ploso yang semuanya masih berdekatan dengan daerah Pegandon.
Prajurit Tumenggung Bahurekso juga membangun bui (penjara) di selatan masjid. Namun, peninggalannya tidak dapat dijumpai lagi akibat terjangan banjir.
Menurut penuturan Kiai Haya’ yang masih ada trah (keturunan) Tumenggung Bahurekso, di Pegandon, Tumenggung Bahurekso dikenal dengan sebutan Mbah Sulaiman. Tetapi, ada yang menyebutkan Singonegoro. Mbah Sulaiman atau Bahurekso atau Singonegoro bin Merah bin Batoro Katong (Sunan Katong) yang merupakan trah dari Brawijaya V, Raja Majapahit yang makamnya ada di Kaliwungu. Menurut Kiai Haya’ Masjid Nurut Taqwa lebih duhulu ada dibanding dengan Masjid Kramat Pakuncen yang dibangun oleh Sunan Bewono. Kiai Haya’ tidak tahu pasti siapa yang membangun masjid tersebut, namun diyakini usianya lebih tua dari Masjid Kramat Pekuncen. Bahkan, Sunan Bewono pun sewaktu-waktu berguru kepada Mbah Sulaiman alias Tumenggung Bahurekso.
Keistimewaan
Wujud Masjid Nurut Taqwa yang sekarang sudah bukan asli lagi kerena telah mengalami beberapa kali pemugaran. Wujud asli masjid adalah lebih kecil dan terbuat dari kayu jati, mulai tiang sampai atapnya, sehingga cepat rusak terkena air hujan. Pada akhir tahun 1954 dilakukan renovasi besar-besaran dan wujudnya dapat dilihat seperti sekarang. Yang masih tersisa hanya beduk saja, sedangkan benda-benda peninggalan Tumenggung Bahurekso lainnya, seperti arit dan gentong, sudah raib. Bahkan, gentongnya sudah berpindah ke Masjid Pekuncen.
Salah satu keistimewaan masjid ini, dahulu, meskipun terjadi banjir besar, namun air tidak pernah menyentuh masjid. Kekhawatiran akan terjadinya banjir itu disinyalir karena adanya peringatan dari Mbah Sulaiman untuk tidak meninggikan masjid, karena sekitar masjid akan terendam air jika banjir. Tetapi, peringatan itu tidak diindahkan dan masjid tetap ditinggikan. Akibatnya, benar-benar luar biasa. Banjir sering mengganas lewat Sungai Bodri yang terletak di belakang masjid. Bahkan, suatu hari setelah Idul Adha, banjir kembali melanda dan menghancurkan rumah-rumah penduduk. Apakah ini akibat peringatan Mbah Sulaiman yang tidak digubris? Wallahu a’lam.
Lebih lanjut, Kiai Haya’ menjelaskan, meskipun makam Tumenggung Bahurekso ada di mana-mana, namun yang ada jasadnya hanya yang ada di belakang masjid ini. Bahkan pejabat Kendal, seperti Bupati Kendal, sering mengunjungi makam Tumenggung Bahurekso tersebut. Menurut Kiai Haya’, berdasarkan nasihat sesepuh, sebelum ziarah ke Muria dan Kaliwungu, hendaknya ke Pagandon dulu, karena urutannya dari Pegandon lantas Kaliwungu dan terakhir di Muria Kudus.
Untuk mengenang jasa-jasa Tumenggung Bahurekso, pada setiap tanggal 27 Syawal diadakan haul (peringatan kemangkatan). Para peziarah yang datang berasal dari berbagai daerah di Kendal. Bahkan, ada yang datang dari Malaysia dan Singapura. Ini membuktikan bahwa Mbah Sulaiman tidak hanya dikenal di Pegandon dan Kendal saja, tetapi sampai ke luar negeri.
Meskipun sudah tidak asli lagi, namun Masjid Nurut Taqwa menyimpan sejarah perjuangan dan pengembangan Islam di Nusantara. Bahkan, hari jadi kota Kendal pun tidak luput dari sejarah perjuangan Tumenggung Bahurekso yang gagah perkasa menentang penjajah Belanda di Tanah Air.
The Nurut Taqwa Mosque is located in Pegandon, Kendal, Central Java, seven kilometers to the southwest of the city of Kendal. Its existence is independent of the charisma of a figure from the Islamic Mataram Kingdom, namely Tumenggung Bahurekso, who once attacked Batavia (Jakarta) to expel the Dutch Company when Mataram was ruled by Sultan Agung.
Due to the failures experienced by the Mataram soldiers, they finally resigned and returned to Mataram. However, previously they had lived for a long time at Pegandon and followers of Tumenggung Bahureksa had preached in the Pegandon area. Among them were soldiers Kiai Jumerto who preached in the Jumerto area, Kiai Jebeng in the Jebeng area, Kiai Srogo in the Srogo area, Kiai Puguh in the Puguh area, Kiai Ploso in the Ploso area, all of which were still close to the Pegandon area.
Soldier Tumenggung Bahurekso also built a bui (prison) south of the mosque. However, his remains could not be found due to the floods.
According to Kiai Haya 'the existing Tumenggung Bahurekso breed (descent), in Pegandon, Tumenggung Bahurekso is known as Mbah Sulaiman. However, there are those who mention Singonegoro. Mbah Sulaiman or Bahurekso or Singonegoro bin Merah bin Batoro Katong (Sunan Katong) which is a breed of Brawijaya V, King of Majapahit whose tomb is in Kaliwungu. According to Kiai Haya 'the Nurut Taqwa Mosque existed earlier than the Kramat Pakuncen Mosque which was built by Sunan Bewono. Kiai Haya 'does not know for sure who built the mosque, but it is believed that he is older than the Kramat Pekuncen Mosque. In fact, from time to time Sunan Bewono also studied with Mbah Sulaiman alias Tumenggung Bahurekso.
Privileges
The shape of the Nurut Taqwa Mosque, which is now no longer authentic, has undergone several renovations. The original form of the mosque was smaller and made of teak wood, from the pillars to the roof, so it was quickly damaged by rainwater. At the end of 1954, major renovations were carried out and the shape can be seen as of now. What remains is only the drum, while other Tumenggung Bahurekso objects, such as sickles and barrels, have disappeared. In fact, the barrel has moved to the Pekuncen Mosque.
One of the features of this mosque, in the past, even though there was a big flood, the water never touched the mosque. Concern over the occurrence of flooding was allegedly due to a warning from Mbah Sulaiman not to raise the mosque, because the surroundings of the mosque will be flooded if it floods. However, the warning was ignored and the mosque remained elevated. The result, really is extraordinary. Floods often rage through the Bodri River, which is located behind the mosque. In fact, one day after Eid al-Adha, floods hit and destroyed people's homes. Is this the result of Mbah Sulaiman's ignored warning? Allah knows best.
Furthermore, Kiai Haya 'explained, although Tumenggung Bahurekso's graves are everywhere, only the ones behind this mosque are the only ones behind this mosque. Even Kendal officials, such as the Regent of Kendal, often visit Tumenggung Bahurekso's grave. According to Kiai Haya ', based on the elder's advice, before the pilgrimage to Muria and Kaliwungu, we should go to Pagandon first, because the order is from Pegandon then Kaliwungu and finally to Muria Kudus.
To commemorate Tumenggung Bahurekso's services, every 27th of Shawwal a haul (commemoration of death) is held. Pilgrims who come from various regions in Kendal. Some even came from Malaysia and Singapore. This proves that Mbah Sulaiman is not only known in Pegandon and Kendal, but also abroad.
Even though it is no longer original, the Nurut Taqwa Mosque keeps a history of the struggle and development of Islam in the archipelago. In fact, the anniversary of the city of Kendal was not spared from the history of Tumenggung Bahurekso's gallant struggle against the Dutch colonialists in the country.
|
Write some of your reviews for the company Masjid Nurut Taqwa Tejorejo
Your reviews will be very helpful to other customers in finding and evaluating information
Nearby places in the field of Mosque,
Nearby places Masjid Nurut Taqwa Tejorejo